
Bandung, 15 Juli 2025 – Kesadaran lingkungan masyarakat urban Indonesia terus meningkat. Kini, semakin banyak warga kota yang mulai beralih ke gaya hidup zero waste atau hidup tanpa sampah, sebagai respons terhadap krisis iklim dan darurat plastik yang melanda berbagai kota di tanah air.
Gerakan ini ditandai dengan menjamurnya minimarket refill (isi ulang produk rumah tangga tanpa kemasan plastik), toko bulk store, dan pasar mingguan bebas plastik yang kini menjamur di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Bukan hanya komunitas hijau atau aktivis lingkungan, kalangan pekerja muda dan ibu rumah tangga juga kini aktif membawa wadah sendiri, menolak kantong plastik, serta mengganti produk harian dengan alternatif ramah lingkungan.
Perubahan Konsumen Kota: Dari Praktis ke Bertanggung Jawab
Dalam survei nasional yang dilakukan oleh Zero Waste Alliance Indonesia (ZWAI) pada Juni 2025, tercatat:
-
63% responden di kota besar pernah berbelanja di bulk store
-
48% rutin membawa tas belanja, tumbler, dan kotak makan sendiri
-
37% sudah mengurangi penggunaan tisu sekali pakai dan plastik bungkus
-
21% kini membuat kompos rumahan dari sampah dapur
Pola konsumsi yang dulu serba instan kini mulai bergeser menjadi lebih sadar, pelan, dan selektif.
Minimarket Refill & Bulk Store: Solusi Nyata di Tengah Kota
Di kawasan Dago, Bandung, minimarket “IsiLagi” menawarkan pengalaman berbelanja unik: pengunjung membawa botol dan toples sendiri, lalu mengisi ulang sabun, sampo, minyak goreng, beras, hingga rempah-rempah — semua tanpa plastik.
Konsep serupa juga ditemukan di:
-
Bare Living (Jakarta)
-
LokaReka (Yogyakarta)
-
Tumbuh.id (Surabaya)
Selain mengurangi sampah, harga produk refill juga lebih murah 10–20% dibanding produk kemasan.
Peran Komunitas & Edukasi Sekolah
Komunitas seperti Gerakan Indonesia Tanpa Sampah (GITS), Jalan Hijau, dan Zero Waste School Program aktif menggelar:
-
Workshop membuat sabun sendiri, beeswax wrap, dan tas kain daur ulang
-
Kelas pemilahan sampah dan komposisasi
-
Tantangan #30HariZeroWaste di media sosial
-
Kolaborasi dengan sekolah untuk membuat kantin bebas plastik
Kampanye ini semakin kuat dengan dukungan tokoh publik dan influencer yang mengadopsi gaya hidup tanpa sampah di platform digital mereka.
Tantangan: Edukasi, Harga, dan Regulasi
Meski trennya meningkat, gaya hidup zero waste belum tanpa tantangan. Beberapa kendala utama yang dihadapi:
-
Kurangnya edukasi di masyarakat luas tentang dampak plastik dan cara memulai
-
Harga awal produk ramah lingkungan kadang masih lebih tinggi
-
Ketergantungan industri pada plastik sekali pakai, terutama di pasar tradisional
-
Regulasi belum tegas, walau beberapa kota sudah mulai menerapkan zona bebas plastik
Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil, perubahan perlahan tapi pasti mulai terasa.
Penutup: Gaya Hidup Masa Depan, Dimulai Hari Ini
Zero waste bukan soal kesempurnaan, tapi soal niat dan langkah kecil yang konsisten. Membawa tas kain, menolak sedotan plastik, mengompos, hingga membeli produk isi ulang — semua adalah bentuk kontribusi nyata.
Dalam dunia yang semakin penuh sampah dan krisis iklim, gaya hidup zero waste bukan lagi pilihan, melainkan tanggung jawab moral kita bersama. Karena masa depan bumi tergantung pada kebiasaan kita hari ini — di dapur, di kamar mandi, di toko, dan di hati.