AC Milan bukan sekadar klub sepak bola—ia adalah simbol sejarah, kejayaan, dan kebangkitan dalam dunia olahraga. Dengan koleksi 7 trofi Liga Champions, 19 gelar Serie A, dan barisan legenda seperti Paolo Maldini, Franco Baresi, Kaka, hingga Andriy Shevchenko, Rossoneri telah menjadi bagian penting dari identitas sepak bola Italia dan Eropa. Setelah mengalami masa-masa sulit selama lebih dari satu dekade, AC Milan kini tengah menikmati era kebangkitan yang menjanjikan.
Masa Kejayaan dan Kemunduran
Didirikan pada tahun 1899, AC Milan dengan cepat menjadi kekuatan besar di Italia dan Eropa. Di bawah kepemimpinan Arrigo Sacchi dan Fabio Capello, Milan membentuk dinasti hebat pada akhir 1980-an hingga 1990-an. Nama-nama seperti Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard mengukir dominasi Milan di panggung Eropa.
Namun setelah sukses besar awal 2000-an bersama Carlo Ancelotti, Milan memasuki masa sulit. Antara 2011–2020, klub mengalami penurunan drastis—gagal lolos ke Liga Champions, berganti kepemilikan, serta kehilangan identitas permainan dan daya tarik di pasar transfer.
Titik Balik: Kembalinya Identitas Milan
Kebangkitan AC Milan dimulai sejak musim 2020–2021. Di bawah pelatih Stefano Pioli, Milan kembali menampilkan sepak bola menyerang, energik, dan solid secara taktik. Gelar Serie A musim 2021–2022 menjadi penanda era baru setelah 11 tahun paceklik Scudetto.
Keberhasilan ini didukung oleh kombinasi strategis:
-
Investasi pada talenta muda seperti Rafael Leão, Sandro Tonali (sebelum pindah ke Newcastle), dan Theo Hernández.
-
Penerapan sistem pressing modern dan fleksibilitas formasi.
-
Dukungan manajemen solid, termasuk kembalinya figur legendaris Paolo Maldini dalam posisi direktur teknik (hingga 2023).
Era Baru Milan: Kompetitif di Italia dan Eropa
Milan saat ini bukan hanya bersaing di Serie A, tetapi juga kembali menjadi kekuatan yang diperhitungkan di Liga Champions. Dalam dua musim terakhir, mereka berhasil lolos hingga semifinal UCL 2023 dan perempat final UCL 2024, menyingkirkan klub-klub besar seperti Tottenham dan PSG.
Pemain-pemain kunci yang menghidupkan Milan kembali antara lain:
-
Mike Maignan – Kiper tangguh yang jadi tembok terakhir.
-
Fikayo Tomori – Bek sentral berkarakter cepat dan agresif.
-
Ismaël Bennacer & Tijjani Reijnders – Pengatur tempo lini tengah.
-
Rafael Leão – Bintang Portugal yang menjadi wajah baru Milan.
-
Christian Pulisic – Membawa sentuhan internasional dari Amerika Serikat.
Kebijakan transfer Milan tetap rasional—mereka tidak membeli pemain bintang mahal, melainkan mengembangkan potensi muda yang cocok dengan filosofi klub.
Hubungan Akrab dengan Suporter
Salah satu kekuatan Milan adalah hubungan erat dengan tifosi. Curva Sud San Siro kembali bergemuruh setiap pekan, menghadirkan atmosfer yang menakutkan bagi tim tamu. Dukungan fans menjadi bahan bakar psikologis kebangkitan klub—baik di laga Serie A maupun kompetisi Eropa.
Tantangan ke Depan
Meskipun telah bangkit, Milan masih menghadapi beberapa tantangan besar:
-
Konsistensi performa di Serie A dan Eropa.
-
Persaingan ketat dengan Inter, Juventus, dan Napoli.
-
Pembangunan stadion baru untuk menggantikan San Siro, yang masih dalam tahap wacana dan studi.
Namun dengan fondasi yang kuat, struktur manajemen yang stabil, dan skuad muda yang menjanjikan, AC Milan berada di jalur yang benar untuk mengulang kejayaan masa lalu.
Kesimpulan: AC Milan Kembali Bersinar
AC Milan adalah klub yang tidak pernah benar-benar mati—ia hanya tertidur sejenak. Kini, Rossoneri telah terbangun dan siap kembali mendominasi Italia dan Eropa. Dengan warisan sejarah yang kuat dan semangat muda yang menyala, Milan menjadi cermin bagaimana klub legendaris bisa bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi simbol kejayaan sepak bola sejati.