Film Horor Psikologis “Lorong Lantai 7” Bikin Penonton Trauma Lift, Tembus 3 Juta Penonton dalam 10 Hari

Jakarta, 7 Juli 2025 — Film horor terbaru Indonesia berjudul “Lorong Lantai 7” sukses membuat bioskop penuh jeritan dan bulu kuduk merinding. Dalam waktu hanya 10 hari penayangan, film ini sudah ditonton lebih dari 3 juta penonton, mencetak rekor sebagai film horor Indonesia dengan pertumbuhan tercepat sepanjang 2025.
Disutradarai oleh Awi Suryadi, film ini membawa penonton ke dalam ketegangan claustrophobic yang intens di dalam gedung perkantoran misterius, di mana lift, lorong, dan lantai ke-7 menjadi lokasi utama kejadian supranatural.
Cerita Terinspirasi dari Urban Legend Jakarta
“Lorong Lantai 7” bercerita tentang Rani, karyawan baru di sebuah perusahaan konsultan internasional di Sudirman, Jakarta. Setelah lembur hingga malam, ia naik lift yang tiba-tiba berhenti di lantai 7 — lantai yang secara resmi tidak tercatat dalam gedung. Di sinilah mimpi buruknya dimulai.
Rani harus bertahan dari:
-
Suara langkah di lorong padahal tidak ada siapa-siapa
-
Pintu lift yang terus terbuka meski tidak ada pemanggil
-
Ruangan dengan suhu ekstrem dan tumpukan berkas pegawai yang tidak pernah tercatat
Visual Mencekam dan Suara yang Membekukan
Film ini dipuji karena penggunaan sinematografi sempit dan gelap yang menimbulkan rasa terjebak. Sound design digarap oleh tim yang pernah mengerjakan film Impetigore, menciptakan efek suara samar seperti bisikan pegawai lama, mesin fotokopi yang menyala sendiri, hingga suara lifter roboh dari lantai atas.
Musik latar dibuat minim, digantikan oleh detak jarum jam, desahan AC, dan bunyi pintu lift yang berulang-ulang — membuat penonton tenggelam dalam horor sunyi.
Viral dan Jadi Bahan Uji Nyali TikTok
Adegan di mana karakter Rani menekan tombol “L7” dan lift menyala merah menjadi tantangan TikTok tersendiri, dengan tagar #LorongLantai7Challenge sudah menembus 500 ribu video buatan pengguna. Banyak yang mencoba rekreasi “lift berhantu” di gedung mereka sendiri.
Kritik Sosial Terselubung: Dunia Kerja dan Kesehatan Mental
Di balik horor, film ini juga menyelipkan kritik terhadap:
-
Budaya kerja yang menormalisasi lembur berlebihan
-
Karyawan yang terlupakan sistem karena burnout
-
Kantor sebagai labirin modern yang menelan identitas individu
Sutradara Awi menyatakan:
“Ketakutan bukan cuma pada hantu, tapi juga dari sistem yang membuat orang merasa tak terlihat, bahkan sebelum mereka mati.”
Kesimpulan
“Lorong Lantai 7” bukan sekadar film horor — ini adalah pengalaman sinematik yang menghantui bahkan setelah lampu bioskop menyala. Ia mengajak kita mempertanyakan: berapa banyak orang di kantor yang pernah merasa terjebak — dalam karier, dalam lift, atau dalam diri sendiri?
Dan mungkin, lantai 7 itu… bukan tempat. Tapi rasa.